Budi Gunawan Jadi Calon Kepala BIN, Perdebatan Sipil Atau Militer Sudah Tak Relevan


Charles Honoris Anggota DPR RI 2014-2019

Charles Honoris

Anggota Komisi I DPR, Charles Honoris melihat perdebatan militer dengan sipil untuk menduduki kursi pimpinan Badan Intelejen Negara (BIN) sudah tidak relevan.

“Saya rasa sudah tidak relevan lagi ya bicara militer atau sipil, yang penting adalah sosok dan saya rasa Pak BG mampu untuk memimpin lembaga intelijen,” kata Charles di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (6/9/2016).

Ia mencontohkan dunia intelejen di luar negeri yang dijabat kalangan sipil seperti Direktur CIA.

Sehingga, isu sipil dan militer tak perlu dibesar-besarkan.

Sebab, hasilnya harus dilihat bagaimana kinerja Budi Gunawan nanti.

“Terpenting kan hasil kerja dan saya yakin Pak BG mampu melakukan perubahan-perubahan di BIN sehingga ‎kerja-kerja BIN lebih efektif membantu pemerintah,” kata Politikus PDI Perjuangan itu.

Selain itu, ia juga meminta Budi Gunawan membangun koordinasi dan komunikasi baik antar lembaga atau badan intelijen dengan penegak hukum.

“Misalnya di Amerika dalam Kongres Amerika telah mengeluarkan laporan bahwa kejadian ‎WTC karena lemahnya kordinasi antara CIA dengan penegak hukum, sehingga informasi yang sudah didapatkan CIA tidak bisa ditindaklanjuti penegak hukum,” jelasnya.

Menurutnya, mereka sudah membangun suatu sistem information sharing environment (ISE) yang diamanatkan Intelligence Reform and Terrorism Prevention Act 2004 (IRTPA).

Sistem tersebut mewajibkan setiap kepala badan intelijen dan lembaga penegak hukum saling berbagi informasi.

“Kepemimpinan Pak BG bisa memperbaiki kordinasi antar lembaga dan saya yakin Pak BG mampu melakukan itu, karena beliau kita lihat memang piawai dalam membangun komunikasi dan kordinasi baik di internal maupun antar lembaga,” katanya.

Sumber : Tribunnews

Heli Jatuh di Yogya, Anggota Komisi I DPR Soroti soal Alutsista


charles honoris pdi perjuangan_profil2

Jatuhnya helikopter Bell 205 A1 milik TNI AD di Dusun Kowang, Desa Tamanmartani, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat sore 8 Juli lalu, mendapat sorotan anggota Komisi I DPR Charles Honoris. Ia mendesak pemerintah melakukan uji kelayakan secara menyeluruh terhadap alat utama sistem persenjataan (alutsista).

“Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan TNI harus terus menguji kelayakan alat utama sistem persenjataan, khususnya alat pertahanan udara pesawat dan helikopter,” kata Charles di Jakarta, Sabtu, 9 Juli 2016.

Jika diperlukan, menurut politikus PDIP itu, segera diadakan evaluasi terhadap seluruh armada tempur. Terutama untuk mengetahui sejauh mana kelayakan alutsista.

Menurut Charles, pemeriksaan secara menyeluruh agar tidak terjadi lagi kecelakaan pesawat atau helikopter milik TNI. Bila terus terulang, hal ini akan menjadi preseden buruk bagi pertahanan Indonesia di mata dunia internasional.

“Saya berharap ke depannya insiden seperti ini tidak terjadi lagi. Jangan sampai ada korban jiwa lagi gara-gara alutsista. Sekali lagi ini sangat disayangkan,” tutur anggota Komisi I DPR tersebut.

Ia menambahkan, pemerintah perlu memperketat pengamanan dan pemeliharaan alutsista, supaya potensi kecelakaan dapat diminimalkan.

“Anggaran pertahanan sudah dinaikkan dengan maksud agar ada perbaikan keseluruhan dari sisi SDM maupun alutsistanya. Sehingga pertahanan kita juga dapat semakin profesional dan berfungsi sebagaimana mestinya,” Charles menandaskan.

Sementara itu Kadispenad Brigjen TNI Mohamad Sabrar Fadhilah mengatakan, helikopter yang jatuh di Sleman tersebut buatan 1976 atau telah berusia 40 tahun. Heli jatuh menimpa dua rumah milik warga setempat, yakni Heru dan Parno. Kedua rumah itu dalam keadaan kosong saat insiden terjadi.

Akibat helikopter jatuh, tiga orang meninggal dunia, yakni Letda Cpn Angga Juang, Serda Yogi Riski Sirait, dan Fransiska Agustin. Sementara, tiga lainnya luka berat, yaitu Kapten Cpn Titus Sinaga, Serka Rohmat, dan Kopda Sukoco.

Sumber : liputan6.com

55 Pemuda dari 5 Negara MIKTA Bertemu di Seoul


redpassion_large

Kelompok negara-negara MIKTA yang terdiri atas Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia, mengumpulkan 55 pemuda untuk bertemu di Seoul, 6-11 Juli 2015, dalam Young Professional Camp. Salah seorang wakil Indonesia menuliskan laporannya mengenai forum tersebut.

Bulan ini di Seoul, Korea Selatan, 55 pemuda dari kelima negara akan menindaklanjuti kesepakatan yang dicapai para pejabat negara, dalam sesi diskusi dan pertukaran pengetahuan 6 hari bertajuk ‘MIKTA Young Professional Camp’.

Negara anggota MIKTA

Sesuai dengan namanya, anggota MIKTA terdiri dari 5 negara: Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia. Meski kelima negara ini berasal dari kawasan dan budaya yang berbeda, kelima-nya mengaku memiliki kesamaan nilai.

Kelima negara sama-sama negara demokrasi dengan perekonomian terbuka yang berimbas pada tingkat pertumbuhan. Mereka juga mengklaim bahwa lokasi masing-masing negara begitu strategis sehingga mampu menjadi penghubung antar kawasan.

Alasan dibentuknya MIKTA

Munculnya isu-isu global baru dalam sektor keuangan dan ekonomi, keamanan, lingkungan serta pembangunan berkelanjutan memicu kelima negara untuk memikirkan kerangka kerjasama yang lebih konkrit. Terlebih, munculnya aktor-aktor non-negara dan dominasi kawasan memicu komplikasi dalam penerapan struktur pemerintahan global.

Kelima negara berpikir bahwa dunia perlu untuk meningkatkan kemitraan inovatif yang menyediakan solusi pragmatis dan konstruktif atas sejumlah tantangan tersebut. Karenanya, MIKTA kemudian dibentuk pada tahun 2013, Lima Menteri Luar Negeri dari negara anggota MIKTA bertemu pertama kali pada tanggal 25 September 2013 di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York.

MIKTA Young Professional Camp

MIKTA Young Professional Camp (MPC) adalah salah satu agenda penting dalam MIKTA. Tahun ini, MPC diadakan untuk pertama kalinya oleh Kementerian Luar Negeri Korea Selatan di Seoul, dari tanggal 6-11 Juli.

Acara yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik akan agenda global, memperkuat solidaritas di antara partisipan yang memiliki pengalaman dan latar belakang berbeda, serta mencari peluang kolaborasi.

MPC akan dihadiri 55 profesional muda dari 5 negara yang akan berdiskusi seputar masalah global dan berbagi pemahaman mereka akan isu tersebut. Nurina Savitri menjadi salah satu peserta asal Indonesia yang diundang mengikuti MIKTA Young Professional Camp

Sumber : news.metrotvnews.com

Link: http://charles-honoris.com/read/2015/07/03/152/55-pemuda-dari-5-negara-mikta-bertemu-di-seoul

Charles Honoris, Jokowi Diyakini Pilih Kepala BIN yang Loyal


charles honoris pdi perjuangan_profil2

Dia menambahkan, penentuan penunjukan Kepala BIN merupakan hak prerogatif presiden, untuk itu semua pihak diminta menghormati agar tak menjadi polemik di masyarakat.

Jakarta, Aktual.co — Anggota DPR F-PDIP Charles Honoris meyakini bahwa Presiden Joko Widodo akan memilih Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang profesional dan loyal.

“Tentunya presiden akan memilih orang yang berkualitas, loyal dan punya visi yang sama dengan Presiden Jokowi mengenai masa depan bangsa,” kata Charles, Rabu (25/2).

Dia menambahkan, penentuan penunjukan Kepala BIN merupakan hak prerogatif presiden, untuk itu semua pihak diminta menghormati agar tak menjadi polemik di masyarakat.

Posisi Kepala BIN memiliki peran yang krusial dalam menjaga pertahanan, keamanan, dan stabilitas negara.

“Kepala BIN harus mampu memberikan masukan kepada presiden agar bisa mengantisipasi potensi kisruh sejak dini,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi dikabarkan akan menunjuk calon Kepala BIN. Beberapa nama yang mencuat diantaranya mantan Wakil Kepala BIn As’ad Said Ali dan Sutiyoso.

Turut Berduka Atas Hilangnya Kontak Pesawat Air Asia QZ8501


kami selaku Admin Dunia Digital Ala WordPress club mengucapkan turut berduka atas hilangnya kontak pesawat Air Asia Boing QZ8501 rute Surabaya ke Singapura.

Diketahui pesawat hilang kontak setelah berangkat dari Bandara surabaya ke Singapura pada waktu kurang lebih jam 6.15 dan hilang kontak setala pilot meminta pindah rute menaikan pesawatnya dan kemudian hilang kontak, sekitar pukul 7.55.

Semoga para korban dilindungi Allah SWT Tuhan yang maha esa dan diberikan keselamatan serta ketabahan para keluarga yang sedang menunggu informasi keberadaan pesawat tersebut.

Sekita dari saya, Salam Damai Selalu.